Sabtu, 25 Juni 2011

Bagaimana Menguasai Kendali diri


Aku berjalan dengan seorang temanku, seorang anggota Pecinta alam,menuju sebuah stand Koran malam itu. Ia membeli sebuah Koran, dengan sopan ia mengucapkan terimakasih kepada penjualnya. Namun penjual Koran itu tidak mempedulikan ucapan tersebut.

“ orang yang tidak sopan,ya ?”komentarku.
“oh, setiap malam ia selalu begitu,”sangkal temanku.
“Lalu mengapa kamu terus begitu soapan kepadanya ?” tanyaku
“kenapa tidak ? “ sanggahnya. “ kenapa aku membiarkannya menentukan bagaimana aku akan bertindak ?”



Saat aku memikirkan kejadian itu selanjutnya, muncul dalam benakku bahwa ungkapan yang penting adalah “ tindakan.” Temanku bertindak terhadap orang lain; kebanyakan kita bereaksi terhadap mereka.


Ia memiliki suatu indera keseimbangan mental yang tidak ada pada sebagian besar kita; ia tahu siapa dirinya, untuk apa ia bersikap dan bagaimana ia akan berperilaku. Ia tidak mau membalas ketidak sopanan dengan ketidaksopanan,karena dengan itu ia tidak lagi mampu mengendalikan perilakunya.
Ketika dalam Al-Quran kita diperintahkan untuk membalas kejahatan dengan kebaikan,kita menganggap hal ini sebagai suatu otoritas moral-yang memang begitu. Bahkan hal ini juga merupakan suatu saran psikologis bagi kesehatan mental kita.

Tidak ada yang lebih sengsara daripada orang yang bereaksi terus menerus.pusat pengendalian emosinya tidak berakar dari dalam dirinya, di mana pusat itu berada, namun dari dunia di luar dirinya. Tempereratur jiwanya selalu bertambah atau berkurang karena iklim sosial di sekelilingnya,dan ia hanyalah makhluk yang berada di bawah kendali elemen-elemen tersebut.

Sanjungan mebuatnya merasa sangat bahagia,yang hal ini adalah salah, sebab hal ini tidak berakhir dan berawal dari kepuasan terhadap diri sendiri. Kritikan membuatnya merasa tertekan lebih dari yang semestinya, sebab kritikan meyakinkan anggapan lemahnya yang ditutup-tutupi tentang dirinya. Bentakan mebuatnya merasa sakit dan sedikit saja sangkaan tidak disukai dalam hal tertentu membuatnya bertambah pedih.

Ketenagan jiwa tidak akan dapat di capai sampai kita menguasai tindakan-tindakan dan sikap kita sendiri. Mebiarkan orang lain menentukan apakah kita akan bersikap kasar atau bersikap pemaaf,bergairah atau tertekan, adalah menyerahkan kendali atas kepribadian kita sendiri, yang sepenuhnya adalah hak kita. Satu-satunya pengendalian yang sesungguhnya adalah pengendalian diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar